Resume discussion Overhaul Hydraulic System
Bulldozer (D375 & D155)
I. TECHNICAL TERMINOLOGI
1. Circuit
Open Centre (OLSS- Open center Load Sensing System)
Flow
dicharge pump akan dikembalikan ke tank pada saat control valve posisi netral,
sehingga pressure pump cenderung kecil (pada unit yang menggunakan type
variable piston pump, sudut pump akan diperkecil sehingga flow discharge pump
juga kecil.)
2. Circuit
Close Centre
Flow
dicharge pump tidak dikembalikan ke tank spool pada saat control valve posisi
netral, sehingga selalu terdapat standby pressure dan agar tidak terjadi
kenaikan pressure yang berlebihan maka oli akan dibebaskan melalui relief valve
(pilot circuit) atau unloader valve (main circuit) untuk membatasi besarnya
pressure. Dengan adanya standby pressure maka pergerakan attachment responsive
sesuai gerakan PPC valve atau lever control.
3. Stand by Pressure
Karena
flow dicharge pump tidak dikembalikan ke tank pada saat control valve posisi
netral, sehingga pressure akan terjadi, untuk mengatur besar pressure dibatasi
oleh relief valve (pilot circuit) atau unloader valve (main circuit). Dengan
adanya standby pressure maka pergerakan actuator responsive sesuai pergerakan
lever control.
4. Pressurized
Tank
Hydraulic
tank yang breathernya menggunakan pressure valve (+ vaccum vaccum), sehingga
pressure dalam tank dipertahankan pada cracking pressure (nilai tension spring
pressure valve), dengan tujuan membantu kerja pump untuk mencegah terjadinya
cavitasi.
5. Hydraulic
Lock
Suatu
valve (spool) tidak bisa bergerak (jammed) karena adanya pressure yang bekerja
atau menekan valve secara tidak merata, sehingga terjadi kecenderungan valve
ditekan hanya pada satu sisi. Untuk mencegah terjadinya hydraulic lock, maka
pada spool atau valve dibuatkan alur melingkar atau Groove.
6. Hydraulic
Relief Losses
Kehilangan
tenaga engine pada saat relief pressure tercapai, sedangkan flow discharge pump
masih besar. Saat relief pressure tercapai, attachment sudah tidak dapat
bergerak, sehingga akan terjadi kerugian, jika pump masih menghasilkan flow
yang besar dan kelebihan flow oli akan dibebaskan melalui relief valve,
sehingga dapat menyebabkan overheat. Pada system yang menggunakan variable
pump, untuk mencegah hal tersebut maka sudut pump diperkecil dengan fungsi CUT-OFF.
7. Setting Pressure of Relief Valve
Hasil
pembacaan pressure gauge pada saat control valve (PPC valve) digerakkan,
sedangkan actuator (hydraulic cylinder atau motor) tidak bergerak. Besarnya Setting
pressure bervariasi sesuai dengan Flow discharge pump (setting pressure saat
low idle akan lebih kecil dibanding saat high idle atau adanya perbedaan sudut
pump)
8. Cracking
Pressure of Relief Valve
Besarnya
pressure pada saat awal valve mulai terbuka, yang nilai pressurenya diatas
nilai tension springnya. Cracking pressure akan berubah hanya pada saat
dilakukan adjustment.
9. Pick
Up Pressure
Plug
atau coupler untuk memasang pressure gauge (hose adapter) saat measurement.
10. Flow
Rate
Besar max flow discharge pump dalam satuan
liter per menit pada rated rpm.
11. Back
Pressure
Pressure
dalam system pada saat terjadi beban berlebihan dari arah yang berlawanan
dengan arah flow oli dari pump, misal pada saat unit travel, sedangkan blade
digerakkan lower dan blade menabrak material didepan blade, sehingga blade
justru dipaksa bergerak keatas.
12. Fixed Displacement Pump
Type
pump dimana satu putaran shaft pump menghasilkan flow discharge yang konstan
atau tidak dapat berubah.
13. Variable
Displacement Pump
Type
pump dimana satu putaran shaft pump menghasilkan flow discharge yang dapat
berubah sesuai sudut pump.
14. 5/4
Spool Control Valve
Suatu
system spool control valve yang mempunyai 5 port yang terdiri : port Inlet
Bypass, Inlet standby, Outlet bypass
(tank) dan 2 port Outlet-Inlet actuator, spool dapat digerakkan pada 4 posisi
pergerakan spool, misal Raise, Hold, Float dan Lower.
15. Groove
Untuk
mencegah terjadinya hydraulic lock, maka pada spool dibuatkan alur melingkar
(groove). Agar valve (spool) bisa bergerak
karena pressure akan bekerja atau menekan sekeliling spool sehingga
memposisikan spool ditengah (segaris dengan sumbu).
16. Directional
Control Valve
Suatu
valve yang berfungsi untuk mengarahkan aliran oli ke actuator, sehingga
attachment dapat bergerak sesuai yang diinginkan.
17. Flow
Control Valve
Suatu
valve yang berfungsi untuk mengatur jumlah (quantity) aliran yang diperlukan oleh
suatu system (actuator- attachment)
18. Pressure Control Valve
Suatu
valve yang berfungsi untuk membatasi pressure maksimal dalam suatu system.
19. Hydraulic
Circuit parallel
Control
valve dengan sistem pembagian flow oli yang merata, sehingga beberapa actuator
dapat digerakkan secara bersamaan. Sehingga diperlukan flow discharge yang
relative besar untuk dapat menggerakkan semua attachment secara bersamaan.
20. Hydraulic
Circuit Tandem
Control
valve dengan sistem pembagian flow oli lebih prioritas pada spool (actuator)
pertama, sehingga untuk dapat menggerakkan actuator kedua, spool pertama harus
diposisikan netral. Contoh : sirkuit hydraulic pada Wheel loader- 1st
spool ; bucket, 2nd spool : lift
21. Hydraulic Circuit Serie
Control
valve dengan sistem pembagian flow oli lebih prioritas pada spool (actuator)
pertama, saat actuator pertama digerakkan, oli returnnya digunakan untuk
menggerakkan actuator kedua, sehingga actuator kedua cenderung lambat dan
lemah. Tetapi jika actuator pertama dinetralkan, maka actuator kedua dapat
langsung digerakkan dengan oli dari pump.
Contoh
: circuit hydraulic D155, 1st spool : lift blade, 2nd
spool : tilt blade dan ripper
22. Balancing Groove (SAR)
Groove
yang terletak pada diameter luar side plate sisi suction, sehingga pressure
dari sisi discharge dapat dialirkan menuju sisi suction untuk mengurangi
tingkat keausan (internal leakage) pada top clearance.
23. Entrapment Relief Groove
(SAR)
Groove
yang terletak pada diameter luar side plate pada bagian pertemuan sisi suction
dan discharge, yang berfungsi untuk membebaskan pressure discharge yang
terjebak pada akhir langkah discharge.
24. High Pressure Oil Introduction
Hole
Lubang
pada cover pump type PAL/R, KAL/R untuk mengalirkan pressure discharge menuju
bushing agar menekan gear, sehingga keausan side clearance dapat diperkecil.
25. Tolerance
Batas
penyimpangan atau perbedaan ukuran yang diijinkan dari ukuran yang
direncanakan, dan tolerance dituliskan berupa angka kecil dibelakang angka
Nominal
26. Bending
Kebengkokan rod cylinder
yang biasanya disebabkan accident, benturan atau beban dari luar. Sedangkan
untuk yang double cylinder, faktor bending cenderung lebih besar, terutama yang
menggunakan independent link (link terpisah antar cylinder), karena saat salah
satu cylinder bekerja tidak normal, maka akan menimbulkan torsional force.
27. Repair limit
Batas
ukuran dari suatu komponen yang mengalami perubahan ukuran karena keausan, jika
telah mencapai repair limit, komponen harus diganti agar komponen masih dapat
direpair.
28. Standard
size
Ukuran
akhir dari suatu komponen yang masih baru atau yang sudah direpair
29. Standard
clearance (standard range)
Celah bebas
atau kerenggangan antara dua komponen, sesuai dengan besar tolerancenya,
sehinga nilai standard clearance bervariasi dalam range minimal dan maksimal.
30. Free
Length of spring
Ukuran panjang spring pada kondisi bebas,
tidak terpasang.
31. Installed Length of Spring
Ukuran panjang spring pada
kondisi terpasang atau saat dibebani dengan beban tertentu.
32. Installed
Load of spring
Besar beban tertentu yang diberikan pada
spring, yang besar bebannya sebanding dengan beban saat pemasangan spring.
33. Press fit
Suaian sesak saat pemasangan suatu
komponen kedalam komponen lainnya. (bearing – shaft)
34. Pitting
Kerusakan pada permukaan komponen berupa
bopeng, yang disebabkan cavitasi (udara terjebak dalam fluida)
35. Shringking fit
Metode yang digunakan untuk memasang komponen press fit, dengan
cara menyusutkan atau memuaikan komponen yang akan dipasang. Contoh: bushing
disusutkan, bearing dimuaikan.
36. Flatness
Kerataan permukaan suatu
komponen.
37. Roudness
Kebulatan suatu shaft yang
ditentukan oleh pengukuran X – Y pada penampang melintang.
38. Scratch
Kerusakan pada permukaan
komponen berupa baret atau goresan yang biasanya memanjang yang disebabkan
gesekan yang berlebihan atau ada material asing yang terjepit diantara dua
komponen yang bergerak.
39. Chipping
Kerusakan pada permukaan
komponen yang disebabkan benturan yang keras sehingga rompal.
40. Marking
Pemberian
tanda pada komponen untuk mempermudah pemasangan kembali sehingga mencegah
salah pemasangan serta menghindarkan pekerjaan berulang.
41. Cylindricity
Perbedaan diameter inner
atau outer suatu komponen yang diukur pada beberapa titik pengukuran (minimal 3
titik), sehingga dapat diketahui ketirusan karena keausan tidak merata searah
axial.
42. Scuffing
Kerusakan pada permukaan komponen berupa
goresan melingkar karena bidang kontaknya bersinggungan dan berputar. (misal
: antara bushing dengan shaft, pressure plate dengan cylinder barrel)
43. Backlash
Internal leakage pada gear
pump yang terjadi pada bidang kontak teeth drive dan driven gear.
44. Top Clearance
Internal
leakage pada gear pump yang disebabkan keausan yang terjadi pada bagian atas
hosuing sisi suction yang disebabkan adanya gaya tekan terhadap gear karena
pressure pada sisi discharge dan untuk mengurangi internal leakage tersebut,
maka dipasang Side plate yang akan memanfaatkan sebagian pressure discharge
pump untuk dialirkan menuju sisi suction melalui V- groove sebagai balancing
pressure.
45. Side Clearence
Internal leakage pada gear
pump yang disebabkan keausan yang terjadi pada sisi samping gear dengan housing
dan untuk mengurangi internal leakage tersebut, maka dipasang Side plate yang
akan menekan kontak permukaan dengan sisi gear, memanfaatkan pressure discharge
pump.
46. Air Bleeding
Melakukan pembuangan angin yang terjebak dalam cylinder, motor,
pump dan komponen lainnya setelah
penggantian ataupun pelepasan, sehingga tidak terjadi cavitasi pada komponen
dan pergerakan work equipment tidak tersendat sendat.
47. Aeration
Masuknya
udara kedalam system saat melakukan pekerjaan repair, assembling atau mounting
komponen hydraulic, sehingga dapat menimbulkan cavitasi, untuk menghilangkan
udara yang terjebak harus dilakukan Air bleeding.
II. STRUCTURE & FUNCTION
1. Hydraulic tank
Suatu komponen
yang dalam system hydraulic dipasang sebelum hydraulic pump, dan mempunyai port
Filling (pengisian), port Outlet yang dihubungkan ke port suction pump dan port
Return yang menerima oli yang kembali dari system, sehingga oli yang ditampung
dalam hydraulic tank dapat dihisap oleh pump dan digunakan untuk menggerakkan
actuator, yang selanjutnya oli yang kembali dari system masuk kedalam tank
melalui port return. Pada hydraulic tank terdapat Strainer (port outlet) dan return
filter. Dengan demikian hydraulic tank berfungsi sebagai penampung oli
hydraulic yang digunakan dalam system dan Type hydraulic tank yang digunakan
adalah Pressurized tank sehingga dapat membantu dan memperingan kerja pump.
Pada unit
D155A, bagian dalam hydraulic tank juga sebagai tempat pemasangan hydraulic
control valve.
2. Filter
Strainer sebagai saringan
awal dipasang dalam hydraulic tank pada port inlet (suction) hydraulic tank,
sehingga kotoran tidak masuk ke pump dan menimbulkan kerusakan.
Return filter berupa
element dipasang pada bagian atas tank didalam housing filter. Return filter
dalam system dipasang antara sisi return control valve dengan hydraulic tank,
sehingga akan menyaring kotoran atau gram dari system agar tidak masuk kedalam
tank. Return filter dilengkapi dengan bypass valve yang akan terbuka untuk
membypasskan oli langsung ke tank saat terjadi kebuntuan pada element filter
(jika perbedaan pressure antara sebelum filter dan setelah filter mencapai 1.5
kg/cm2)
Dengan demikian seharusnya tank bebas dari
kotoran, karena kotoran atau gram normal dapat disaring dan tidak dapat masuk kedalam
tank. Untuk itu harus diperhatikan prosedur dan cara yang tepat dan benar saat
pengangkatan filter, sehingga kotoran yang menempel pada filter tidak masuk
kedalam tank.
Note : Hindarkan kebiasan meniris filter dalam
housing setelah filter diangkat.
3. Hydraulic pump
Pada unit D155, type pump yang digunakan Fix
displacement Single gear pump PAL200, sedangkan pada unit D375, tipe yang
digunakan adalah Fixed displacement Triple gear pump SAR140 (large pump), SAR71
(small pump) dan SAR22 (PPC pump) yang dipasang pada PTO, sehingga saat engine
hidup, pump langsung menghisap oli dari hydraulic tank dan menghasilkan flow
oli untuk dialirkan menuju ke system hydraulic unit.
4. Case
Terbuat dari alluminium
alloy dan dirancang sedemikian rupa sebagai kedudukan kedua buah gear, dengan
tumpuan bushing yang dipasang press fit terhadap case. Pada case terdapat sebuah port Suction dan sebuah
port Discharge.
5. Gear
Sepasang gear dengan jumlah
teeth yang sama dan terdiri dari drive gear yang menerima input putaran dari
PTO, akan memutarkan driven gear. Kecepatan putar kedua gear sama tetapi dengan
arah berlawanan. Saat gear berputar, oli pada sisi suction yang terjebak dalam
module teeth gear dengan sisi dalam housing akan dibawa dan dialirkan menuju
sisi discharge. Flow discharge akan semakin besar, saat kecepatan putar pump
bertambah.
6. Side plate
Side plate dipasang pada
kedua sisi gear dan mempunyai bentuk yang dirancang sedemikian rupa, sehingga
discharge pressure dapat masuk pada sebagian celahnya untuk menimbulkan gaya
tekan dan merapatkan side plate dengan gear dan mengurangi terjadinya internal
leakage (side clearance). Disamping itu pressure discharge dialir melalui
V-groove menuju sisi suction sebagai balancing pressure, sehingga mengurangi
tingkat keausan pada housing (top clearance). Untuk mencegah terjadinya
kebocoran discharge pressure menuju suction pressure maka pada sepanjang alur
side plate dipasang seal dan back-up.
7A. Control valve
Pada unit D375
, terdapat Lift blade C/V, Tilt blade Ripper Lo C/V dan Ripper Hi C/V, yang
dioperasikan dengan pilot pressure yang berasal dari PPC valve, sesuai dengan
pergerakan attachment yang diinginkan.
Lift blade valve adalah Close Circuit,
dengan beberapa valve seperti dibawah.
A. Demand valve
Demand valve
yang bekerja berdasarkan perbedaan pressure antara Pump pressure (Pp) dengan
Load pressure (LS) untuk mengatur flow oli yang menuju Lift & Ripper cylinder
agar selalu terpenuhi dan sesuai dengan pergerakan lever PPC, sehingga
pergerakan blade sesuai yang diinginkan. Perbedaan Pp – LS (DPLS) ditentukan
oleh besar bidang bukaan control valve, dimana perbedaanya semakin maksimal
saat control valve netral, sedangkan saat control valve digerakkan penuh maka
perbedaan kedua pressure menjadi minimal.
Saat semua PPC
lever diposisikan netral, maka spool demand akan membebaskan flow discharge
pump (P1 + P2) kembali ke tank. Sedangkan saat relief pressure terjadi, demand
valve akan membebaskan sebagian flow discharge pump kembali ke tank untuk
mencegah terjadinya kenaikan pressure lebih tinggi.
Sehingga dapat disimpulkan
fungsi demand valve adalah :
-
Sebagai Unloader Valve saat lever
PPC posisi netral
-
Sebagai Demand valve saat lever
PPC digerakkan sebelum relief pressure tercapai
-
Sebagai Main drain valve saat
lever PPC digerakkan dan relief pressure tercapai.
B. Lift blade spool (sebagai directional valve)
Saat
lever control digerakkan, PPC valve mengalirkan pilot pressure menuju salah
satu sisi lift blade spool sehingga bergerak untuk mengarahkan aliran flow discharge
pump menuju ke salah satu sisi lift blade cylinder dan menghubungkan sisi
lainnya menuju circuit drain, agar cylinder dapat bergerak extend atau retract,
sehingga blade dapat bergerak sesuai yang diinginkan : Raise, Lower dan Float.
Disamping
itu lift blade spool juga mempunyai port LS yang dialirkan menuju shuttle valve
sebagai pilot pressure penggerak demand spool dan relief valve.
Pada
spool terdapat Groove untuk mencegah terjadinya hydraulic lock dan Notch
(coakan pada bidang bukaan) yang berfungsi untuk mendapatkan efek Fine Control pada
saat spool digerakkan dan aliran flow oli tidak menimbulkan back pressure pada
spool, sehingga Lift Blade cylinder dapat digerakkan dengan smooth.
C. Shuttle valve
Shuttle valve
berupa ball valve dan mempunyai 2 port input dari sisi head dan bottom lift
blade cylinder dengan 1 port output yang menuju chamber spring demand valve dan
relief valve. Saat lift blade spool digerakkan, pilot pressure yang besarnya
sebanding dengan load yang terjadi, akan mengalir menuju shuttle valve, karena
terdapat perbedaan pressure pada kedua sisi inputnya maka akan menggerakkan
ball valve untuk menutup port pressure yang lebih rendah dan membuka port
pressure yang lebih tinggi menuju port outputnya, sebagai pilot pressure
pengatur kerja spool demand dan relief valve.
D. Lift blade relief valve (210
kg/cm2)
Valve type
pilot yang digunakan untuk merelease pilot pressure pada chamber spring demand
spool, sehingga terjadi perbedaan pressure pada kedua sisi demand spool, dimana
pressure chamber spring sama dengan cracking spring relief valve sedangkan
pressure chamber non spring sama dengan setting pressure. Sehingga demand spool
bergerak untuk membebaskan sebagian flow discharge large pump (P1) dan semua
flow discharge small pump (P2) kembali ke tank, untuk membatasi pressure
maksimal lift blade circuit, saat hanya circuit Lift blade direliefkan. Begitu
juga saat circuit Ripper direliefkan, demand spool akan membebaskan flow
discharge large pump (P1) untuk membatasi max. pressure.
E. Shuttle
selector valve
Suatu
valve yang bekerja berdasarkan pilot pressure dari circuit lift blade dan
circuit ripper, sehingga berfungsi sebagai pemilih saat salah satu attachment
digerakkan, untuk mengalirkan pilot pressure penggerak spool demand. Dengan
demikian demand spool dapat mengatur kebutuhan flow oli yang dibutuhkan oleh
circuit kedua attachment.
F. Vaccum valve
Lihat No.12
G. Check valve (Load Holding valve)
Lihat No.11
Tilt Blade, Ripper Lo valve
Merupakan control
valve dengan pembagian flow Tandem Circuit, dengan beberapa valve sebagai
berikut:
a. Tilt
blade, Ripper Lo relief valve (210 kg/cm2)
Valve type pilot poppet yang berfungsi untuk
membatasi pressure maksimum dalam circuit system pada saat control lever
digerakkan sedangkan cylinder tidak bergerak karena end stroke atau overload,
dengan membebaskan sebagian flow discharge small pump (P2) kembali ke tank.
b. Tilt blade spool
Konstruksi dan cara kerja hampir sama dengan Lift
Blade spool, tetapi tidak mempunyai port LS dan berfungsi untuk mengalirkan
flow discharge small pump (P2) menuju tilt blade cylinder, sehingga blade dapat
diposisikan Left dan Right Tilt. Dalam circuit tandem, Tilt Blade spool
merupakan 1st spool dan jika digerakkan full stroke, ripper tilt
& lift cylinder tidak dapat digerakkan.
c. Tilt Ripper spool
Konstruksi dan
cara kerja hampir sama dengan Lift Blade spool, tetapi berfungsi untuk
mengalirkan flow discharge small pump (P2) menuju Tilt Ripper cylinder,
sehingga ripper dapat diposisikan Tilt In & Tilt Back.
Dalam circuit
tandem, Tilt Ripper spool merupakan 2nd spool, sehingga jika
digerakkan full stroke, Ripper Lift cylinder tidak dapat digerakkan.
d. Lift Ripper spool
Konstruksi dan
cara kerja hampir sama dengan Lift Blade spool, tetapi berfungsi untuk
mengalirkan flow discharge small pump (P2) menuju Lift Ripper cylinder,
sehingga ripper dapat diposisikan Raise dan Lower. Dalam circuit tandem, Tilt Ripper
spool merupakan 3rd spool, sehingga Ripper Lift cylinder hanya dapat
digerakkan, jika 1st dan 2nd spool netral.
e. Shuttle valve
Lihat. 7.C, tetapi digunakan diantara circuit Tilt &
Lift Ripper.
Ripper Hi valve
Pada
dasarnya Ripper Hi valve digunakan untuk mengalirkan flow discharge large pump
(P1) menuju Ripper cylinder hanya pada saat dibutuhkan berdasarkan perbedaan
pressure yang terjadi pada circuit ripper saat lever Ripper digerakkan.
Beberapa valve yang terdapat pada Ripper Hi valve adalah :
i Constant differential pressure valve
Terdapat 1
buah constant differential pressure valve pada masing masing port inlet, yang bekerja
berdasarkan perbedaan pressure yang konstan pada kedua sisinya dan mengalirkan
pilot pressure menuju shuttle valve sebagai penggerak Ripper Hi spool, sehingga
flow discharge large pump (P2) dapat menuju circuit Ripper cylinder.
ii. Ripper
Hi spool (Lift & Tilt ripper)
Ripper Hi spool bekerja berdasarkan pilot pressure
dari masing masing port cylinder saat terjadi perbedaan pressure untuk
mengalirkan flow disharge large pump (P1) menuju ripper cylinder sehingga
membantu mempercepat gerakan ripper.
iii Shuttle
valve
Lihat. 7.C, tetapi digunakan diantara circuit Head
atau Bottom Lift Ripper, dan Head atau Bottom Tilt Ripper
iv Check valve (load holding valve)
Lihat. No.11
v Suction / vaccum valve
Lihat. No.12
7B. Control valve
Pada unit D155
terdapat Lift Blade & Ripper C/V, Tilt Blade C/V
dan Ripper Selector valve, circuit yang digunakan adalah Serie dengan Lift
blade spool sebagai 1st spool, Ripper sebagai 2nd spool dan
Tilt blade spool sebagai 3rd spool.
Lift Blade & Ripper C/V
A. Lift blade spool (sebagai directional valve)
Saat
lever lift blade digerakkan, mekanisme linkage & servo valve akan
menggerakkan lift blade spool kesalah satu posisi untuk mengarahkan aliran flow
discharge pump menuju ke salah satu sisi lift blade cylinder dan menghubungkan
sisi lainnya menuju circuit ripper spool, dan cylinder dapat bergerak extend
atau retract, sehingga blade dapat bergerak sesuai yang diinginkan Raise, Lower
dan Float. Pada spool terdapat Groove untuk mencegah terjadinya hydraulic lock
dan Notch (coakan pada bidang bukaan) yang berfungsi untuk mendapatkan efek
Fine Control pada saat spool digerakkan dan aliran flow oli tidak menimbulkan
back pressure pada spool, sehingga Lift Blade cylinder dapat digerakkan dengan
smooth.
B. Main relief valve (140 kg/cm2)
Valve type
pilot poppet yang berfungsi untuk membatasi pressure maksimum dalam circuit
system pada saat control lever digerakkan sedangkan cylinder tidak bergerak
karena end stroke atau overload, dengan membebaskan sebagian flow discharge
pump kembali ke tank
C. Check valve (Load Holding valve)
Lihat No. 11
D. Vaccum / suction valve
Lihat. No.12
E. Ripper spool
Konstruksi dan
cara kerja hampir sama dengan Lift Blade spool, tetapi berfungsi untuk mengalirkan
flow discharge pump menuju Ripper selector valve, sehingga Ripper Lift cylinder
dapat diposisikan Raise atau Lower, sedangkan Ripper Tilt cylinder dapat
diposisikan Tilt In atau Tilt back sesuai posisi Ripper lever dan Ripper
Selector valve.
Ripper Selector Valve
Didalam circuit
hydraulic, valve ini terletak diantara Ripper spool dan Ripper cylinder, yang
berfungsi sebagai pemilih Lift ripper atau Tilt ripper cylinder yang akan
digerakkan. Spool Ripper Selector digerakkan oleh pilot pressure dari sirkuit
steering berdasarkan kerja solenoid valve yang mendapat arus dari Ripper
Selector switch saat diposisikan Tilt, untuk mengarahkan flow oli dari Ripper
control valve menuju Tilt Ripper cylinder, sedangkan saat Selector switch
diposisikan Lift, return spring pada spool Selector valve akan mengembalikan
spool selector untuk mengarahkan flow oli dari Ripper control valve menuju
Lift Ripper cylinder.
Tilt Blade C/V
a. Flow
reducing valve
Berupa valve yang
bekerja berdasarkan back pressure yang dipengaruhi oleh besarnya flow oli untuk
membebaskan sebagian oli kembali ke tank, sehingga flow oli yang menuju tilt
blade cylinder dikurangi, agar mempermudah pengaturan gerakan Tilt.
b. Tilt blade spool
Konstruksi dan
cara kerja hampir sama dengan Lift Blade spool, tetapi berfungsi untuk
mengalirkan flow discharge pump menuju Tilt blade cylinder, sehingga blade
dapat diposisikan Left dan Right Tilt.
8. Main relief valve
Lihat No. 7A.D dan 7A.a dan
7B.b
9. Safety valve (D155)
Suatu valve type pilot
poppet yang dipasang didalam circuit valve ini dipasang diantara spool control
valve dan sisi bottom ripper tilt&lift cylinder, yang berfungsi untuk
membatasi pressure maksimum dalam circuit cylinder ripper saat mendapat beban
dari luar, sehingga tidak terjadi kerusakan pada cylinder.
10. Quick drop valve
Suatu valve yang dipasang
pada Blade Lift cylinder bottom side, dan berfungsi untuk mempercepat penurunan
blade pada saat lever control diposisikan lower dengan mencegah terjadinya
kevakuman pada sisi bottom. Quick drop valve bekerja berdasarkan perbedaan
pressure antara sisi head dengan sisi bottom cylinder, dimana holding pressure
yang terjadi pada sisi head digunakan untuk membuka quick drop spool dan
mengalirkan oli menuju sisi bottom. Dengan demikian flow oli yang menuju ke
sisi bootom lift cylinder berasal dari pump dan sisi head, sehingga kevakuman
tidak terjadi dan blade turun lebih cepat.
11. Check valve (Load Holding
valve)
Check valve yang dipasang
dalam circuit diantara pump dengan sisi inlet spool control valve dan berfungsi
untuk mencegah terjadinya hydraulic drift (penurunan attachment yang tidak
diharapkan), sesaat control valve digerakkan kembali ke posisi Raise, sedangkan
pada circuit cylinder terjadi holding pressure (pressure yang terjadi karena berat
attachment).
12. Vaccum valve
Berupa check valve yang
dipasang pada circuit kedua sisi lift blade cylinder dan sisi bottom lift
ripper cylinder berfungsi untuk mencegah terjadinya kevakuman pada satu salah sisi
cylinder, saat blade/ripper posisi menggantung atau unit diangkat dengan lift
blade cylinder kemudian control valve digerakkan untuk menurunkan blade/ripper
atau unit berdasarkan beratnya sendiri dengan engine mati.
13. Spool control valve
Lihat no. 7A.B dan 7A.b, c,
d dan 7B.A,E,b
14. Safety Valve with section
Valve (General, tidak terdapat pada unit D375 atau D155)
Suatu valve
type pilot poppet yang dipasang dalam circuit dipasang diantara spool control
valve dan actuator, dan berfungsi untuk membatasi pressure maksimum dalam
circuit cylinder dan mencegah terjadinya kevakuman pada salah satu sisi
cylinder saat terjadi beban dari luar yang menyebabkan terjadinya keabnormalan
pressure, sehingga safety valve akan bekerja untuk membebaskan pressure dengan
konsekwensi cylinder akan bergerak extend atau retract.
15. Throttle Valve/ Two way
Restriction Valve (General, tidak terdapat pada unit D375 atau D155)
Throttle valve didalam
circuit terpasang diantara control valve dengan cylinder hydraulic, yang berfungsi
untuk memperlambat gerakan attachment, dengan cara menghambat flow yang kembali
dari sisi bottom ke tank, back pressure yang terjadi akan menahan gerakan attachment
sehingga lebih smooth. (misal : slow return valve pada circuit hoist unit HD)
16. Spring Control valve
Spring dipasang pada salah
satu atau kedua spool control valve sebagai neutral spring, untuk memposisikan
spool pada Neutral, sehingga tidak ada flow discharge pump yang menuju ke
citcuit cylinder. Saat PPC lever digerakkan, pilot pressure akan menuju salah
satu sisi ujung spool dan melawan spring pada sisi sebaliknya, sehingga akan
terjadi keseimbangan sesuai besar pilot pressure dengan spring untuk
memposisikanSpring dipasang pada salah
satu atau kedua spool control valve sebagai neutral spring, untuk memposisikan
spool pada Neutral, sehingga tidak ada flow discharge pump yang menuju ke
citcuit cylinder. Saat PPC lever digerakkan, pilot pressure akan menuju salah
satu sisi ujung spool dan melawan spring pada sisi sebaliknya, sehingga akan
terjadi keseimbangan sesuai besar pilot pressure dengan spring untuk
memposisikan spool control valve dengan luas bidang bukaan tertentu, sehingga
flow discharge pump yang menuju ke circuit cylinder dapat diatur sesuai dengan
kecepatan gerak attachment yang diinginkan operator.
17. Housing control valve
Terbuat dari baja tuang
(casting iron) dengan final machining, yang digunakan sebagai dudukan dan
pemasangan semua inner component yang meliputi, spool C/V, check valve, relief
valve, safety valve, vaccum valve dsb. Pada housing terdapat banyak port yang
digunakan untuk mengarahkan flow discharge pump, yang terdiri port Inlet pump,
port Head Cylinder, port Bottom Cylinder, port Return / Tank, dan sebagainya.
Jumlah port bervariasi sesuai dengan jumlah spool control valve yang terpasang.
18. Actuator
Actuator yang
berupa hydraulic cylinder digunakan sebagai penggerak attactment blade dan
ripper. Hydraulic cylinder terdiri dari rod, piston dan cylinder housing, didalam
system hydraulic dipasang setelah control valve sebagai actuator penggerak
attachment. Hydraulic cylinder mempunyai port bottom (piston side) dan port
head, saat pressure oli masuk melalui
port bottom, maka rod akan bergerak keluar (extend), sebaliknya saat pressure
oli masuk melalui port head, maka rod akan bergerak masuk ke dalam cylinder
(retract). Pergerakan retract dan extend rod cylinder digunakan untuk
menggerakkan attachment unit. Sehingga pada dasarnya hydraulic cylinder
berfungsi merubah tenaga hydraulis menjadi tenaga mekanis.
19. Cylinder housing
Berupa tabung dengan bidang permukaan dalam yang dihaluskan,
sebagai bidang kontak pergerakan piston rod. Pada bagian ujung terbukanya
dipasang cylinder head dengan ikatan bolt, sedangkan pada ujung lainnya
mempunyai hole mounting tempat pemasangan bushing atau spherical bearing
sebagai dudukan pin saat cylinder dipasang pada frame.
20. Cylinder Head
Pada head dipasang seal
dust untuk mencegah kotoran dari luar masuk kedalam housing cylinder, bushing
soft surface menjaga kelurusan gerakan keluar-masuk rod cylinder dan U-packing
yang menahan pressure oli sehingga tidak bocor keluar. Head dipasang pada
cylinder housing dengan beberapa buah bolt. Pada head juga terdapat lubang
sebagai port inlet pressure oli menuju sisi head untuk menggerakkan rod kedalam
(retract.)
21. Cylinder rod
Berupa rod panjang dengan
permukaan dilapisi chrom dan pada bagian yang masuk didalam housing cylinder
digunakan sebagai tempat pemasangan piston rod, sedangkan ujung luar rod
berbentuk bulatan dengan hole mounting tempat pemasangan bushing atau spherical
bearing sebagai dudukan pin saat cylinder dipasang pada frame. Saat pressure
oli menekan salah satu sisi piston, maka rod akan bergerak masuk atau keluar
(extend atau retract) untuk menggerakkan attachment.
22. Piston valve
Lift cylinder dilengkapi
dengan piston valve, yang berfungsi untuk mencegah terjadinya benturan atau
kejutan saat piston hampir mencapai akhir langkahnya pada sisi head atau sisi
bottom cylinder, dengan cara membebaskan pressure oli penggerak piston menuju
ke sisi sebelahnya (dari head ke bottom atau sebaliknya). Piston valve juga
mencegah terjadinya torsional force pada saat blade diposisikan Tilt dan Lift
cylinder digerakkan, sehingga salah satu cylinder sudah mencapai akhir
langkahnya, sedangkan cylinder lainnya masih bergerak.
23. Accumulator
Sebuah tabung
yang berisi gas nitrogen dalam bladder dengan pressure 14-24 kg/cm2,
dipasang dalam circuit antara PPC pump dan PPC valve. Sifat gas nitrogen yang
mampu menerima dan menyimpan pressure dengan perubahan volumenya tanpa terjadi
kenaikan temperature, sehingga saat servo pump tidak bekerja (engine mati),
pressure + 38 kg/cm2 masih terjaga dan dapat digunakan untuk
menggerakkan spool control valve, untuk menurunkan attachment berdasarkan
beratnya sendiri.
24. PPC Valve
Suatu valve yang terletak
dikabin dan dioperasikan secara manual dengan menggerakkan joystick (lever
control) untuk mengatur gerak attachment blade dan ripper, sehingga terdapat 2
buah PPC valve (Blade dan Ripper).Setiap PPC valve terdiri dari 4 independent
set valve dan 6 port. Saat joystick dioperasikan, pressure dari PPC pump (+
38 kg/cm2) akan dialirkan sebagai pilot pressure penggerak spool
control valve, besarnya pressure output sesuai dan proportional dengan sudut
pergerakan joystick, sehingga attachment dapat digerakkan sesuai keinginan
operator.
25. Shuttle Valve
Lihat No. 7A. 3
26. Servo valve
Sebuah valve
yang dipasang pada bagian bawah lever control work equipment, dengan
memanfaatkan pressure dari transmission pump, mekanisme Rotary servo valve akan
bekerja untuk memperingan operating
force dan memperpendek langkah lever control sehingga didapatkan kenyamanan dan
kemudahan operasi.
III. TOOL
1. Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai
dengan standart torquenya
Satuan : kgm, Nm, lbfeet
2. Power wrench
Alat untuk mengencangkan
atau mengendorkan bolt atau nut yang memiliki torque besar, alat ini
menggunakan prinsip reduksi putaran beberapa tingkat. Satuan : kgm
3. Dial indicator
Alat untuk mengukur protusion, backlash, end play, runout,
diameter dalam dsb, yang pada dasarnya memerlukan tingkat ketelitian yang cukup
tinggi. Satuan : 0.001 mm
4. Magnetic base
Alat sebagai tempat kedudukan pemasangan dial indicator, agar
tidak mudah bergeser atau bergerak.
5. Vernier Caliper
Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar,
diameter dalam, panjang, ketebalan, kedalaman lubang pada suatu komponen.
Satuan : mm (0.05), inchi (1/128)
6. Depth gauge
Alat yang
digunakan untuk mengukur kedalaman lubang suatu komponen
Satuan : 0.001 mm
7. Colour checker
Cairan yang disemprotkan pada permukaan komponen
untuk mengetahui keretakan yang terjadi. Biasanya satu set terdiri dari
3 warna : transparan (cleaner), putih (penetran), merah.
8. Outside micrometer
Alat untuk mengukur
diameter luar suatu komponen dengan tingkat ketelitian cukup tinggi. Satuan :
0.001 mm
9. Inside micro meter
Alat yang digunakan untuk mengukur diameter dalam
komponen, dengan tingkat ketelitian
0,001 mm
IV. ASSEMBLE & DIS-ASSEMBLE
Note :
Lakukan sesuai
prosedur dalam shop manual atau QA saat melakukan assemble & diassemble
komponen
V. INSPECTION – MEASUREMENT
Note :
1. Untuk inspection part component lakukan
dengan visual check terhadap factor : crack (retak), scratch, fitting,
scuffing, discolour, dsb. Dan jika tersedia gunakan Reusable Guide sebagai
pembanding dan untuk menentukan reusable part.
2. Untuk Item measurement part komponen yang
meliputi : Inside & outside diameter, thickness, flatness, bending, length,
spring performace, clearance dsb, harus berdasarkan standart dan item
pengukuran pada shop manual atau QA.
V. PART RECOMMENDATION
1. PNPB (Publication Number of
Part Book)
Suatu angka yang tertera
pada cover part book (pojok kanan atas) yang menunjukkan aplikasi part book tersebut
sesuai dengan Serial Number dan Tipe Unit.
2. SPO (Standard Part Overhaul)
Daftar part yang dibutuhkan
untuk overhaul normal sesuai umur yang direkomendasikan factory, dengan kondisi
tidak terjadi kerusakan abnormal pada komponen.
APL
(Application Cart List) (Remove & Install)
Daftar part
yang dibutuhkan untuk Remove dan Install komponen sesuai umur yang direkomendasikan factory,
dengan kondisi tidak terjadi kerusakan abnormal.
Informasi dari factory
berupa brosur atau leaflet yang berisikan modifikasi atau improvement pada
komponen, system atau technical instruction (Prosedur Repair, Testing
Adjusting) dengan tujuan untuk meningkatkan performance atau memperbaiki
kelemahan dan kekurangan. Setiap PSN hanya berlaku untuk Serial Number tertentu
yang sesuai.
4. Kode kode pada part book
(symbol)
Kode dari factory berupa
angka dan huruf, sedangkan symbol berupa gambar yang ditunjukkan pada part
book, dengan tujuan untuk mempermudah proses pemilihan part yang akan diorder,
sehingga dapat mencegah kesalahan order atau double order (karena komponen
ass"y dan separated diorder secara bersamaan). Dan juga mempermudah pencarian komponen yang
berkaitan atau saling berhubungan.
5. Guidance for reusable part
Suatu buku yang berisikan gambar tentang detail kerusakan part
atau komponen serta penyebabnya. Dalam penggunaannya, mekanik hanya tinggal
membandingkan kondisi aktual tingkat kerusakan komponen (visual check) dengan gambar pada reusable
book, sehingga dapat menentukan apakah komponen harus diganti, atau dapat
digunakan lagi (dengan atau tanpa repair machining terlebih dahulu)
ada gambar sirkuit hidrolik nya gag mas .terimakasih
BalasHapusKaya Mecca sheet pama
BalasHapus