Minggu, 15 Juni 2014

HYDRAULIC SYSTEM BULLDOZER

Resume discussion Overhaul Hydraulic System
Bulldozer (D375 & D155)

I.    TECHNICAL TERMINOLOGI

1.   Circuit Open Centre (OLSS- Open center Load Sensing System)
Flow dicharge pump akan dikembalikan ke tank pada saat control valve posisi netral, sehingga pressure pump cenderung kecil (pada unit yang menggunakan type variable piston pump, sudut pump akan diperkecil sehingga flow discharge pump juga kecil.)
2.   Circuit Close Centre
Flow dicharge pump tidak dikembalikan ke tank spool pada saat control valve posisi netral, sehingga selalu terdapat standby pressure dan agar tidak terjadi kenaikan pressure yang berlebihan maka oli akan dibebaskan melalui relief valve (pilot circuit) atau unloader valve (main circuit) untuk membatasi besarnya pressure. Dengan adanya standby pressure maka pergerakan attachment responsive sesuai gerakan PPC valve atau lever control.
3.   Stand by Pressure
Karena flow dicharge pump tidak dikembalikan ke tank pada saat control valve posisi netral, sehingga pressure akan terjadi, untuk mengatur besar pressure dibatasi oleh relief valve (pilot circuit) atau unloader valve (main circuit). Dengan adanya standby pressure maka pergerakan actuator responsive sesuai pergerakan lever control.
4.   Pressurized Tank
Hydraulic tank yang breathernya menggunakan pressure valve (+ vaccum vaccum), sehingga pressure dalam tank dipertahankan pada cracking pressure (nilai tension spring pressure valve), dengan tujuan membantu kerja pump untuk mencegah terjadinya cavitasi.
5.   Hydraulic Lock
Suatu valve (spool) tidak bisa bergerak (jammed) karena adanya pressure yang bekerja atau menekan valve secara tidak merata, sehingga terjadi kecenderungan valve ditekan hanya pada satu sisi. Untuk mencegah terjadinya hydraulic lock, maka pada spool atau valve dibuatkan alur melingkar atau Groove.
6.   Hydraulic Relief Losses
Kehilangan tenaga engine pada saat relief pressure tercapai, sedangkan flow discharge pump masih besar. Saat relief pressure tercapai, attachment sudah tidak dapat bergerak, sehingga akan terjadi kerugian, jika pump masih menghasilkan flow yang besar dan kelebihan flow oli akan dibebaskan melalui relief valve, sehingga dapat menyebabkan overheat. Pada system yang menggunakan variable pump, untuk mencegah hal tersebut maka sudut pump diperkecil  dengan fungsi CUT-OFF.
7.   Setting Pressure of Relief Valve
Hasil pembacaan pressure gauge pada saat control valve (PPC valve) digerakkan, sedangkan actuator (hydraulic cylinder atau motor) tidak bergerak. Besarnya Setting pressure bervariasi sesuai dengan Flow discharge pump (setting pressure saat low idle akan lebih kecil dibanding saat high idle atau adanya perbedaan sudut pump)
8.   Cracking Pressure of Relief Valve
Besarnya pressure pada saat awal valve mulai terbuka, yang nilai pressurenya diatas nilai tension springnya. Cracking pressure akan berubah hanya pada saat dilakukan adjustment.
9.   Pick Up Pressure
      Plug atau coupler untuk memasang pressure gauge (hose adapter) saat measurement.
10. Flow Rate
      Besar max flow discharge pump dalam satuan liter per menit pada rated rpm.



11. Back Pressure
Pressure dalam system pada saat terjadi beban berlebihan dari arah yang berlawanan dengan arah flow oli dari pump, misal pada saat unit travel, sedangkan blade digerakkan lower dan blade menabrak material didepan blade, sehingga blade justru dipaksa bergerak keatas.
12. Fixed Displacement Pump
Type pump dimana satu putaran shaft pump menghasilkan flow discharge yang konstan atau tidak dapat berubah.
13. Variable Displacement Pump
Type pump dimana satu putaran shaft pump menghasilkan flow discharge yang dapat berubah sesuai sudut pump.
14. 5/4 Spool Control Valve
Suatu system spool control valve yang mempunyai 5 port yang terdiri : port Inlet Bypass,  Inlet standby, Outlet bypass (tank) dan 2 port Outlet-Inlet actuator, spool dapat digerakkan pada 4 posisi pergerakan spool, misal Raise, Hold, Float dan Lower.
15. Groove
Untuk mencegah terjadinya hydraulic lock, maka pada spool dibuatkan alur melingkar (groove). Agar valve (spool) bisa bergerak  karena pressure akan bekerja atau menekan sekeliling spool sehingga memposisikan spool ditengah (segaris dengan sumbu).
16. Directional Control Valve
Suatu valve yang berfungsi untuk mengarahkan aliran oli ke actuator, sehingga attachment dapat bergerak sesuai yang diinginkan.
17. Flow Control Valve
Suatu valve yang berfungsi untuk mengatur jumlah (quantity) aliran yang diperlukan oleh suatu system (actuator- attachment)
18. Pressure Control Valve
Suatu valve yang berfungsi untuk membatasi pressure maksimal dalam suatu system.
19. Hydraulic Circuit parallel
Control valve dengan sistem pembagian flow oli yang merata, sehingga beberapa actuator dapat digerakkan secara bersamaan. Sehingga diperlukan flow discharge yang relative besar untuk dapat menggerakkan semua attachment secara bersamaan.
20. Hydraulic Circuit Tandem
Control valve dengan sistem pembagian flow oli lebih prioritas pada spool (actuator) pertama, sehingga untuk dapat menggerakkan actuator kedua, spool pertama harus diposisikan netral. Contoh : sirkuit hydraulic pada Wheel loader- 1st spool ; bucket, 2nd spool : lift
21. Hydraulic Circuit Serie
Control valve dengan sistem pembagian flow oli lebih prioritas pada spool (actuator) pertama, saat actuator pertama digerakkan, oli returnnya digunakan untuk menggerakkan actuator kedua, sehingga actuator kedua cenderung lambat dan lemah. Tetapi jika actuator pertama dinetralkan, maka actuator kedua dapat langsung digerakkan dengan oli dari pump.
Contoh : circuit hydraulic D155, 1st spool : lift blade, 2nd spool : tilt blade dan ripper
22. Balancing Groove (SAR)
Groove yang terletak pada diameter luar side plate sisi suction, sehingga pressure dari sisi discharge dapat dialirkan menuju sisi suction untuk mengurangi tingkat keausan (internal leakage) pada top clearance.
23. Entrapment Relief Groove (SAR)
Groove yang terletak pada diameter luar side plate pada bagian pertemuan sisi suction dan discharge, yang berfungsi untuk membebaskan pressure discharge yang terjebak pada akhir langkah discharge.



24. High Pressure Oil Introduction Hole
Lubang pada cover pump type PAL/R, KAL/R untuk mengalirkan pressure discharge menuju bushing agar menekan gear, sehingga keausan side clearance dapat diperkecil.
25. Tolerance
      Batas penyimpangan atau perbedaan ukuran yang diijinkan dari ukuran yang direncanakan, dan tolerance dituliskan berupa angka kecil dibelakang angka Nominal
26. Bending
      Kebengkokan rod cylinder yang biasanya disebabkan accident, benturan atau beban dari luar. Sedangkan untuk yang double cylinder, faktor bending cenderung lebih besar, terutama yang menggunakan independent link (link terpisah antar cylinder), karena saat salah satu cylinder bekerja tidak normal, maka akan menimbulkan torsional force.
27. Repair limit
      Batas ukuran dari suatu komponen yang mengalami perubahan ukuran karena keausan, jika telah mencapai repair limit, komponen harus diganti agar komponen masih dapat direpair.
28. Standard size
      Ukuran akhir dari suatu komponen yang masih baru atau yang sudah direpair
29. Standard clearance (standard range)
      Celah bebas atau kerenggangan antara dua komponen, sesuai dengan besar tolerancenya, sehinga nilai standard clearance bervariasi dalam range minimal dan maksimal.
30. Free Length of spring
      Ukuran panjang spring pada kondisi bebas, tidak terpasang.
31. Installed Length of Spring
      Ukuran panjang spring pada kondisi terpasang atau saat dibebani dengan beban tertentu.
32. Installed Load of spring
Besar beban tertentu yang diberikan pada spring, yang besar bebannya sebanding dengan beban saat pemasangan spring.
33. Press fit
      Suaian sesak saat pemasangan suatu komponen kedalam komponen lainnya. (bearing – shaft)
34. Pitting
      Kerusakan pada permukaan komponen berupa bopeng, yang disebabkan cavitasi (udara terjebak dalam fluida)
35. Shringking fit
      Metode yang digunakan untuk memasang komponen press fit, dengan cara menyusutkan atau memuaikan komponen yang akan dipasang. Contoh: bushing disusutkan, bearing dimuaikan.
36. Flatness
      Kerataan permukaan suatu komponen.
37. Roudness
      Kebulatan suatu shaft yang ditentukan oleh pengukuran X – Y pada penampang melintang.
38. Scratch
      Kerusakan pada permukaan komponen berupa baret atau goresan yang biasanya memanjang yang disebabkan gesekan yang berlebihan atau ada material asing yang terjepit diantara dua komponen yang bergerak.
39. Chipping
      Kerusakan pada permukaan komponen yang disebabkan benturan yang keras sehingga rompal.
40. Marking
Pemberian tanda pada komponen untuk mempermudah pemasangan kembali sehingga mencegah salah pemasangan serta menghindarkan pekerjaan berulang.




41. Cylindricity
      Perbedaan diameter inner atau outer suatu komponen yang diukur pada beberapa titik pengukuran (minimal 3 titik), sehingga dapat diketahui ketirusan karena keausan tidak merata searah axial.
42. Scuffing
Kerusakan pada permukaan komponen berupa goresan melingkar karena bidang kontaknya bersinggungan dan berputar. (misal : antara bushing dengan shaft, pressure plate dengan cylinder barrel)
43. Backlash
      Internal leakage pada gear pump yang terjadi pada bidang kontak teeth drive dan driven gear.
44. Top Clearance
Internal leakage pada gear pump yang disebabkan keausan yang terjadi pada bagian atas hosuing sisi suction yang disebabkan adanya gaya tekan terhadap gear karena pressure pada sisi discharge dan untuk mengurangi internal leakage tersebut, maka dipasang Side plate yang akan memanfaatkan sebagian pressure discharge pump untuk dialirkan menuju sisi suction melalui V- groove sebagai balancing pressure.
45. Side Clearence
      Internal leakage pada gear pump yang disebabkan keausan yang terjadi pada sisi samping gear dengan housing dan untuk mengurangi internal leakage tersebut, maka dipasang Side plate yang akan menekan kontak permukaan dengan sisi gear, memanfaatkan pressure discharge pump.
46. Air Bleeding
      Melakukan pembuangan angin yang terjebak dalam cylinder, motor, pump dan komponen lainnya  setelah penggantian ataupun pelepasan, sehingga tidak terjadi cavitasi pada komponen dan pergerakan work equipment tidak tersendat sendat.
47. Aeration
Masuknya udara kedalam system saat melakukan pekerjaan repair, assembling atau mounting komponen hydraulic, sehingga dapat menimbulkan cavitasi, untuk menghilangkan udara yang terjebak harus dilakukan Air bleeding.

II.  STRUCTURE & FUNCTION

1.   Hydraulic tank
Suatu komponen yang dalam system hydraulic dipasang sebelum hydraulic pump, dan mempunyai port Filling (pengisian), port Outlet yang dihubungkan ke port suction pump dan port Return yang menerima oli yang kembali dari system, sehingga oli yang ditampung dalam hydraulic tank dapat dihisap oleh pump dan digunakan untuk menggerakkan actuator, yang selanjutnya oli yang kembali dari system masuk kedalam tank melalui port return. Pada hydraulic tank terdapat Strainer (port outlet) dan return filter. Dengan demikian hydraulic tank berfungsi sebagai penampung oli hydraulic yang digunakan dalam system dan Type hydraulic tank yang digunakan adalah Pressurized tank sehingga dapat membantu dan memperingan kerja pump.
Pada unit D155A, bagian dalam hydraulic tank juga sebagai tempat pemasangan hydraulic control valve.
2.   Filter
      Strainer sebagai saringan awal dipasang dalam hydraulic tank pada port inlet (suction) hydraulic tank, sehingga kotoran tidak masuk ke pump dan menimbulkan kerusakan.
      Return filter berupa element dipasang pada bagian atas tank didalam housing filter. Return filter dalam system dipasang antara sisi return control valve dengan hydraulic tank, sehingga akan menyaring kotoran atau gram dari system agar tidak masuk kedalam tank. Return filter dilengkapi dengan bypass valve yang akan terbuka untuk membypasskan oli langsung ke tank saat terjadi kebuntuan pada element filter (jika perbedaan pressure antara sebelum filter dan setelah filter mencapai 1.5 kg/cm2)
      Dengan demikian seharusnya tank bebas dari kotoran, karena kotoran atau gram normal dapat disaring dan tidak dapat masuk kedalam tank. Untuk itu harus diperhatikan prosedur dan cara yang tepat dan benar saat pengangkatan filter, sehingga kotoran yang menempel pada filter tidak masuk kedalam tank.
Note : Hindarkan kebiasan meniris filter dalam housing setelah  filter diangkat.  
3.   Hydraulic pump
Pada unit D155, type pump yang digunakan Fix displacement Single gear pump PAL200, sedangkan pada unit D375, tipe yang digunakan adalah Fixed displacement Triple gear pump SAR140 (large pump), SAR71 (small pump) dan SAR22 (PPC pump) yang dipasang pada PTO, sehingga saat engine hidup, pump langsung menghisap oli dari hydraulic tank dan menghasilkan flow oli untuk dialirkan menuju ke system hydraulic unit.
4.   Case
      Terbuat dari alluminium alloy dan dirancang sedemikian rupa sebagai kedudukan kedua buah gear, dengan tumpuan bushing yang dipasang press fit terhadap case. Pada case terdapat sebuah port Suction dan sebuah port Discharge.
5.   Gear
      Sepasang gear dengan jumlah teeth yang sama dan terdiri dari drive gear yang menerima input putaran dari PTO, akan memutarkan driven gear. Kecepatan putar kedua gear sama tetapi dengan arah berlawanan. Saat gear berputar, oli pada sisi suction yang terjebak dalam module teeth gear dengan sisi dalam housing akan dibawa dan dialirkan menuju sisi discharge. Flow discharge akan semakin besar, saat kecepatan putar pump bertambah.
6.   Side plate
      Side plate dipasang pada kedua sisi gear dan mempunyai bentuk yang dirancang sedemikian rupa, sehingga discharge pressure dapat masuk pada sebagian celahnya untuk menimbulkan gaya tekan dan merapatkan side plate dengan gear dan mengurangi terjadinya internal leakage (side clearance). Disamping itu pressure discharge dialir melalui V-groove menuju sisi suction sebagai balancing pressure, sehingga mengurangi tingkat keausan pada housing (top clearance). Untuk mencegah terjadinya kebocoran discharge pressure menuju suction pressure maka pada sepanjang alur side plate dipasang seal dan back-up.
7A.      Control valve
Pada unit D375 , terdapat Lift blade C/V, Tilt blade Ripper Lo C/V dan Ripper Hi C/V, yang dioperasikan dengan pilot pressure yang berasal dari PPC valve, sesuai dengan pergerakan attachment yang diinginkan.
Lift blade valve adalah Close Circuit, dengan beberapa valve seperti dibawah.
A.  Demand valve
Demand valve yang bekerja berdasarkan perbedaan pressure antara Pump pressure (Pp) dengan Load pressure (LS) untuk mengatur flow oli yang menuju Lift & Ripper cylinder agar selalu terpenuhi dan sesuai dengan pergerakan lever PPC, sehingga pergerakan blade sesuai yang diinginkan. Perbedaan Pp – LS (DPLS) ditentukan oleh besar bidang bukaan control valve, dimana perbedaanya semakin maksimal saat control valve netral, sedangkan saat control valve digerakkan penuh maka perbedaan kedua pressure menjadi minimal.
Saat semua PPC lever diposisikan netral, maka spool demand akan membebaskan flow discharge pump (P1 + P2) kembali ke tank. Sedangkan saat relief pressure terjadi, demand valve akan membebaskan sebagian flow discharge pump kembali ke tank untuk mencegah terjadinya kenaikan pressure lebih tinggi.
Sehingga dapat disimpulkan fungsi demand valve adalah :
-         Sebagai Unloader Valve saat lever PPC posisi netral
-         Sebagai Demand valve saat lever PPC digerakkan sebelum relief pressure tercapai
-         Sebagai Main drain valve saat lever PPC digerakkan dan relief pressure tercapai.
B.   Lift blade spool (sebagai directional valve)
Saat lever control digerakkan, PPC valve mengalirkan pilot pressure menuju salah satu sisi lift blade spool sehingga bergerak untuk mengarahkan aliran flow discharge pump menuju ke salah satu sisi lift blade cylinder dan menghubungkan sisi lainnya menuju circuit drain, agar cylinder dapat bergerak extend atau retract, sehingga blade dapat bergerak sesuai yang diinginkan : Raise, Lower dan Float.
Disamping itu lift blade spool juga mempunyai port LS yang dialirkan menuju shuttle valve sebagai pilot pressure penggerak demand spool dan relief valve.
Pada spool terdapat Groove untuk mencegah terjadinya hydraulic lock dan Notch (coakan pada bidang bukaan) yang berfungsi untuk mendapatkan efek Fine Control pada saat spool digerakkan dan aliran flow oli tidak menimbulkan back pressure pada spool, sehingga Lift Blade cylinder dapat digerakkan dengan smooth.
C.  Shuttle valve
Shuttle valve berupa ball valve dan mempunyai 2 port input dari sisi head dan bottom lift blade cylinder dengan 1 port output yang menuju chamber spring demand valve dan relief valve. Saat lift blade spool digerakkan, pilot pressure yang besarnya sebanding dengan load yang terjadi, akan mengalir menuju shuttle valve, karena terdapat perbedaan pressure pada kedua sisi inputnya maka akan menggerakkan ball valve untuk menutup port pressure yang lebih rendah dan membuka port pressure yang lebih tinggi menuju port outputnya, sebagai pilot pressure pengatur kerja spool demand dan relief valve.
D.  Lift blade relief valve (210 kg/cm2)
Valve type pilot yang digunakan untuk merelease pilot pressure pada chamber spring demand spool, sehingga terjadi perbedaan pressure pada kedua sisi demand spool, dimana pressure chamber spring sama dengan cracking spring relief valve sedangkan pressure chamber non spring sama dengan setting pressure. Sehingga demand spool bergerak untuk membebaskan sebagian flow discharge large pump (P1) dan semua flow discharge small pump (P2) kembali ke tank, untuk membatasi pressure maksimal lift blade circuit, saat hanya circuit Lift blade direliefkan. Begitu juga saat circuit Ripper direliefkan, demand spool akan membebaskan flow discharge large pump (P1) untuk membatasi max. pressure.
      E.   Shuttle selector valve
Suatu valve yang bekerja berdasarkan pilot pressure dari circuit lift blade dan circuit ripper, sehingga berfungsi sebagai pemilih saat salah satu attachment digerakkan, untuk mengalirkan pilot pressure penggerak spool demand. Dengan demikian demand spool dapat mengatur kebutuhan flow oli yang dibutuhkan oleh circuit kedua attachment. 
      F.   Vaccum valve
            Lihat No.12
      G.  Check valve (Load Holding valve)
            Lihat No.11
      Tilt Blade, Ripper Lo valve
Merupakan control valve dengan pembagian flow Tandem Circuit, dengan beberapa valve sebagai berikut:
      a.   Tilt blade, Ripper Lo relief valve (210 kg/cm2)
Valve type pilot poppet yang berfungsi untuk membatasi pressure maksimum dalam circuit system pada saat control lever digerakkan sedangkan cylinder tidak bergerak karena end stroke atau overload, dengan membebaskan sebagian flow discharge small pump (P2) kembali ke tank.
      b.   Tilt blade spool
Konstruksi dan cara kerja hampir sama dengan Lift Blade spool, tetapi tidak mempunyai port LS dan berfungsi untuk mengalirkan flow discharge small pump (P2) menuju tilt blade cylinder, sehingga blade dapat diposisikan Left dan Right Tilt. Dalam circuit tandem, Tilt Blade spool merupakan 1st spool dan jika digerakkan full stroke, ripper tilt & lift cylinder tidak dapat digerakkan.
      c.   Tilt Ripper spool
Konstruksi dan cara kerja hampir sama dengan Lift Blade spool, tetapi berfungsi untuk mengalirkan flow discharge small pump (P2) menuju Tilt Ripper cylinder, sehingga ripper dapat diposisikan Tilt In & Tilt Back.
Dalam circuit tandem, Tilt Ripper spool merupakan 2nd spool, sehingga jika digerakkan full stroke, Ripper Lift cylinder tidak dapat digerakkan.
d.   Lift Ripper spool
Konstruksi dan cara kerja hampir sama dengan Lift Blade spool, tetapi berfungsi untuk mengalirkan flow discharge small pump (P2) menuju Lift Ripper cylinder, sehingga ripper dapat diposisikan Raise dan Lower. Dalam circuit tandem, Tilt Ripper spool merupakan 3rd spool, sehingga Ripper Lift cylinder hanya dapat digerakkan, jika 1st dan 2nd spool netral.
e.   Shuttle valve
            Lihat. 7.C, tetapi digunakan diantara circuit Tilt & Lift Ripper.
      Ripper Hi valve
Pada dasarnya Ripper Hi valve digunakan untuk mengalirkan flow discharge large pump (P1) menuju Ripper cylinder hanya pada saat dibutuhkan berdasarkan perbedaan pressure yang terjadi pada circuit ripper saat lever Ripper digerakkan. Beberapa valve yang terdapat pada Ripper Hi valve adalah :
      i     Constant differential pressure valve
Terdapat 1 buah constant differential pressure valve pada masing masing port inlet, yang bekerja berdasarkan perbedaan pressure yang konstan pada kedua sisinya dan mengalirkan pilot pressure menuju shuttle valve sebagai penggerak Ripper Hi spool, sehingga flow discharge large pump (P2) dapat menuju circuit Ripper cylinder.
      ii.    Ripper Hi spool (Lift & Tilt ripper)
Ripper Hi spool bekerja berdasarkan pilot pressure dari masing masing port cylinder saat terjadi perbedaan pressure untuk mengalirkan flow disharge large pump (P1) menuju ripper cylinder sehingga membantu mempercepat gerakan ripper.
iii    Shuttle valve
Lihat. 7.C, tetapi digunakan diantara circuit Head atau Bottom Lift Ripper, dan Head atau Bottom Tilt Ripper
iv    Check valve (load holding valve)
            Lihat. No.11
v    Suction / vaccum valve
            Lihat. No.12
7B. Control valve
Pada unit D155 terdapat Lift Blade & Ripper C/V, Tilt Blade C/V dan Ripper Selector valve, circuit yang digunakan adalah Serie dengan Lift blade spool sebagai 1st spool, Ripper sebagai 2nd spool dan Tilt blade spool sebagai 3rd spool.
Lift Blade & Ripper C/V
A.  Lift blade spool (sebagai directional valve)
Saat lever lift blade digerakkan, mekanisme linkage & servo valve akan menggerakkan lift blade spool kesalah satu posisi untuk mengarahkan aliran flow discharge pump menuju ke salah satu sisi lift blade cylinder dan menghubungkan sisi lainnya menuju circuit ripper spool, dan cylinder dapat bergerak extend atau retract, sehingga blade dapat bergerak sesuai yang diinginkan Raise, Lower dan Float. Pada spool terdapat Groove untuk mencegah terjadinya hydraulic lock dan Notch (coakan pada bidang bukaan) yang berfungsi untuk mendapatkan efek Fine Control pada saat spool digerakkan dan aliran flow oli tidak menimbulkan back pressure pada spool, sehingga Lift Blade cylinder dapat digerakkan dengan smooth.

B.   Main relief valve (140 kg/cm2)
Valve type pilot poppet yang berfungsi untuk membatasi pressure maksimum dalam circuit system pada saat control lever digerakkan sedangkan cylinder tidak bergerak karena end stroke atau overload, dengan membebaskan sebagian flow discharge pump kembali ke tank
C.  Check valve (Load Holding valve)
      Lihat No. 11
D.  Vaccum / suction valve
      Lihat. No.12
E.   Ripper spool
Konstruksi dan cara kerja hampir sama dengan Lift Blade spool, tetapi berfungsi untuk mengalirkan flow discharge pump menuju Ripper selector valve, sehingga Ripper Lift cylinder dapat diposisikan Raise atau Lower, sedangkan Ripper Tilt cylinder dapat diposisikan Tilt In atau Tilt back sesuai posisi Ripper lever dan Ripper Selector valve.
Ripper Selector Valve
Didalam circuit hydraulic, valve ini terletak diantara Ripper spool dan Ripper cylinder, yang berfungsi sebagai pemilih Lift ripper atau Tilt ripper cylinder yang akan digerakkan. Spool Ripper Selector digerakkan oleh pilot pressure dari sirkuit steering berdasarkan kerja solenoid valve yang mendapat arus dari Ripper Selector switch saat diposisikan Tilt, untuk mengarahkan flow oli dari Ripper control valve menuju Tilt Ripper cylinder, sedangkan saat Selector switch diposisikan Lift, return spring pada spool Selector valve akan mengembalikan spool selector untuk mengarahkan flow oli dari Ripper control valve menuju Lift  Ripper cylinder.
Tilt Blade C/V
a.   Flow reducing valve
Berupa valve yang bekerja berdasarkan back pressure yang dipengaruhi oleh besarnya flow oli untuk membebaskan sebagian oli kembali ke tank, sehingga flow oli yang menuju tilt blade cylinder dikurangi, agar mempermudah pengaturan gerakan Tilt.
b.   Tilt blade spool
Konstruksi dan cara kerja hampir sama dengan Lift Blade spool, tetapi berfungsi untuk mengalirkan flow discharge pump menuju Tilt blade cylinder, sehingga blade dapat diposisikan Left dan Right Tilt.
8.   Main relief valve
      Lihat No. 7A.D dan 7A.a dan 7B.b
9.   Safety valve (D155)
      Suatu valve type pilot poppet yang dipasang didalam circuit valve ini dipasang diantara spool control valve dan sisi bottom ripper tilt&lift cylinder, yang berfungsi untuk membatasi pressure maksimum dalam circuit cylinder ripper saat mendapat beban dari luar, sehingga tidak terjadi kerusakan pada cylinder.
10. Quick drop valve
      Suatu valve yang dipasang pada Blade Lift cylinder bottom side, dan berfungsi untuk mempercepat penurunan blade pada saat lever control diposisikan lower dengan mencegah terjadinya kevakuman pada sisi bottom. Quick drop valve bekerja berdasarkan perbedaan pressure antara sisi head dengan sisi bottom cylinder, dimana holding pressure yang terjadi pada sisi head digunakan untuk membuka quick drop spool dan mengalirkan oli menuju sisi bottom. Dengan demikian flow oli yang menuju ke sisi bootom lift cylinder berasal dari pump dan sisi head, sehingga kevakuman tidak terjadi dan blade turun lebih cepat.
11. Check valve (Load Holding valve)
      Check valve yang dipasang dalam circuit diantara pump dengan sisi inlet spool control valve dan berfungsi untuk mencegah terjadinya hydraulic drift (penurunan attachment yang tidak diharapkan), sesaat control valve digerakkan kembali ke posisi Raise, sedangkan pada circuit cylinder terjadi holding pressure (pressure yang terjadi karena berat attachment).
12. Vaccum valve
      Berupa check valve yang dipasang pada circuit kedua sisi lift blade cylinder dan sisi bottom lift ripper cylinder berfungsi untuk mencegah terjadinya kevakuman pada satu salah sisi cylinder, saat blade/ripper posisi menggantung atau unit diangkat dengan lift blade cylinder kemudian control valve digerakkan untuk menurunkan blade/ripper atau unit berdasarkan beratnya sendiri dengan engine mati.
13. Spool control valve
      Lihat no. 7A.B dan 7A.b, c, d dan 7B.A,E,b
14. Safety Valve with section Valve (General, tidak terdapat pada unit D375 atau D155)
Suatu valve type pilot poppet yang dipasang dalam circuit dipasang diantara spool control valve dan actuator, dan berfungsi untuk membatasi pressure maksimum dalam circuit cylinder dan mencegah terjadinya kevakuman pada salah satu sisi cylinder saat terjadi beban dari luar yang menyebabkan terjadinya keabnormalan pressure, sehingga safety valve akan bekerja untuk membebaskan pressure dengan konsekwensi cylinder akan bergerak extend atau retract.
15. Throttle Valve/ Two way Restriction Valve (General, tidak terdapat pada unit D375 atau D155)
      Throttle valve didalam circuit terpasang diantara control valve dengan cylinder hydraulic, yang berfungsi untuk memperlambat gerakan attachment, dengan cara menghambat flow yang kembali dari sisi bottom ke tank, back pressure yang terjadi akan menahan gerakan attachment sehingga lebih smooth. (misal : slow return valve pada circuit hoist unit HD)
16. Spring Control valve
      Spring dipasang pada salah satu atau kedua spool control valve sebagai neutral spring, untuk memposisikan spool pada Neutral, sehingga tidak ada flow discharge pump yang menuju ke citcuit cylinder. Saat PPC lever digerakkan, pilot pressure akan menuju salah satu sisi ujung spool dan melawan spring pada sisi sebaliknya, sehingga akan terjadi keseimbangan sesuai besar pilot pressure dengan spring untuk memposisikanSpring dipasang pada salah satu atau kedua spool control valve sebagai neutral spring, untuk memposisikan spool pada Neutral, sehingga tidak ada flow discharge pump yang menuju ke citcuit cylinder. Saat PPC lever digerakkan, pilot pressure akan menuju salah satu sisi ujung spool dan melawan spring pada sisi sebaliknya, sehingga akan terjadi keseimbangan sesuai besar pilot pressure dengan spring untuk memposisikan spool control valve dengan luas bidang bukaan tertentu, sehingga flow discharge pump yang menuju ke circuit cylinder dapat diatur sesuai dengan kecepatan gerak attachment yang diinginkan operator.
17. Housing control valve
      Terbuat dari baja tuang (casting iron) dengan final machining, yang digunakan sebagai dudukan dan pemasangan semua inner component yang meliputi, spool C/V, check valve, relief valve, safety valve, vaccum valve dsb. Pada housing terdapat banyak port yang digunakan untuk mengarahkan flow discharge pump, yang terdiri port Inlet pump, port Head Cylinder, port Bottom Cylinder, port Return / Tank, dan sebagainya. Jumlah port bervariasi sesuai dengan jumlah spool control valve yang terpasang.
18. Actuator
Actuator yang berupa hydraulic cylinder digunakan sebagai penggerak attactment blade dan ripper. Hydraulic cylinder terdiri dari rod, piston dan cylinder housing, didalam system hydraulic dipasang setelah control valve sebagai actuator penggerak attachment. Hydraulic cylinder mempunyai port bottom (piston side) dan port head,  saat pressure oli masuk melalui port bottom, maka rod akan bergerak keluar (extend), sebaliknya saat pressure oli masuk melalui port head, maka rod akan bergerak masuk ke dalam cylinder (retract). Pergerakan retract dan extend rod cylinder digunakan untuk menggerakkan attachment unit. Sehingga pada dasarnya hydraulic cylinder berfungsi merubah tenaga hydraulis menjadi tenaga mekanis.
19. Cylinder housing
      Berupa tabung dengan bidang permukaan dalam yang dihaluskan, sebagai bidang kontak pergerakan piston rod. Pada bagian ujung terbukanya dipasang cylinder head dengan ikatan bolt, sedangkan pada ujung lainnya mempunyai hole mounting tempat pemasangan bushing atau spherical bearing sebagai dudukan pin saat cylinder dipasang pada frame.

20. Cylinder Head
      Pada head dipasang seal dust untuk mencegah kotoran dari luar masuk kedalam housing cylinder, bushing soft surface menjaga kelurusan gerakan keluar-masuk rod cylinder dan U-packing yang menahan pressure oli sehingga tidak bocor keluar. Head dipasang pada cylinder housing dengan beberapa buah bolt. Pada head juga terdapat lubang sebagai port inlet pressure oli menuju sisi head untuk menggerakkan rod kedalam (retract.)
21. Cylinder rod
      Berupa rod panjang dengan permukaan dilapisi chrom dan pada bagian yang masuk didalam housing cylinder digunakan sebagai tempat pemasangan piston rod, sedangkan ujung luar rod berbentuk bulatan dengan hole mounting tempat pemasangan bushing atau spherical bearing sebagai dudukan pin saat cylinder dipasang pada frame. Saat pressure oli menekan salah satu sisi piston, maka rod akan bergerak masuk atau keluar (extend atau retract) untuk menggerakkan attachment.
22. Piston valve
      Lift cylinder dilengkapi dengan piston valve, yang berfungsi untuk mencegah terjadinya benturan atau kejutan saat piston hampir mencapai akhir langkahnya pada sisi head atau sisi bottom cylinder, dengan cara membebaskan pressure oli penggerak piston menuju ke sisi sebelahnya (dari head ke bottom atau sebaliknya). Piston valve juga mencegah terjadinya torsional force pada saat blade diposisikan Tilt dan Lift cylinder digerakkan, sehingga salah satu cylinder sudah mencapai akhir langkahnya, sedangkan cylinder lainnya masih bergerak.
23. Accumulator
Sebuah tabung yang berisi gas nitrogen dalam bladder dengan pressure 14-24 kg/cm2, dipasang dalam circuit antara PPC pump dan PPC valve. Sifat gas nitrogen yang mampu menerima dan menyimpan pressure dengan perubahan volumenya tanpa terjadi kenaikan temperature, sehingga saat servo pump tidak bekerja (engine mati), pressure + 38 kg/cm2 masih terjaga dan dapat digunakan untuk menggerakkan spool control valve, untuk menurunkan attachment berdasarkan beratnya sendiri.
24. PPC Valve
      Suatu valve yang terletak dikabin dan dioperasikan secara manual dengan menggerakkan joystick (lever control) untuk mengatur gerak attachment blade dan ripper, sehingga terdapat 2 buah PPC valve (Blade dan Ripper).Setiap PPC valve terdiri dari 4 independent set valve dan 6 port. Saat joystick dioperasikan, pressure dari PPC pump (+ 38 kg/cm2) akan dialirkan sebagai pilot pressure penggerak spool control valve, besarnya pressure output sesuai dan proportional dengan sudut pergerakan joystick, sehingga attachment dapat digerakkan sesuai keinginan operator.
25. Shuttle Valve
      Lihat No. 7A. 3
26. Servo valve
Sebuah valve yang dipasang pada bagian bawah lever control work equipment, dengan memanfaatkan pressure dari transmission pump, mekanisme Rotary servo valve akan bekerja  untuk memperingan operating force dan memperpendek langkah lever control sehingga didapatkan kenyamanan dan kemudahan operasi.

III. TOOL
1.   Torque wrench
      Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya
      Satuan : kgm, Nm, lbfeet
2.   Power wrench
      Alat untuk mengencangkan atau mengendorkan bolt atau nut yang memiliki torque besar, alat ini menggunakan prinsip reduksi putaran beberapa tingkat. Satuan : kgm

3.   Dial indicator
      Alat untuk mengukur protusion, backlash, end play, runout, diameter dalam dsb, yang pada dasarnya memerlukan tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Satuan : 0.001 mm
4.   Magnetic base
      Alat sebagai tempat kedudukan pemasangan dial indicator, agar tidak mudah bergeser atau bergerak.
5.   Vernier Caliper
Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, panjang, ketebalan, kedalaman lubang pada suatu komponen.
      Satuan : mm (0.05), inchi (1/128)
6.   Depth gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman lubang suatu komponen
      Satuan : 0.001 mm
7.   Colour checker
      Cairan yang disemprotkan pada permukaan komponen untuk mengetahui keretakan yang terjadi. Biasanya satu set terdiri dari 3 warna : transparan (cleaner), putih (penetran), merah.
8.   Outside micrometer
      Alat untuk mengukur diameter luar suatu komponen dengan tingkat ketelitian cukup tinggi. Satuan : 0.001 mm
9.   Inside micro meter
      Alat yang digunakan untuk mengukur diameter dalam komponen, dengan tingkat ketelitian
      0,001 mm

IV. ASSEMBLE & DIS-ASSEMBLE
      Note :
Lakukan sesuai prosedur dalam shop manual atau QA saat melakukan assemble & diassemble komponen

V. INSPECTION – MEASUREMENT
      Note :
      1.   Untuk inspection part component lakukan dengan visual check terhadap factor : crack (retak), scratch, fitting, scuffing, discolour, dsb. Dan jika tersedia gunakan Reusable Guide sebagai pembanding dan untuk menentukan reusable part.
      2.   Untuk Item measurement part komponen yang meliputi : Inside & outside diameter, thickness, flatness, bending, length, spring performace, clearance dsb, harus berdasarkan standart dan item pengukuran pada shop manual atau QA.

V.  PART RECOMMENDATION

1.   PNPB (Publication Number of Part Book)
      Suatu angka yang tertera pada cover part book (pojok kanan atas) yang menunjukkan aplikasi part book tersebut sesuai dengan Serial Number dan Tipe Unit.
2.   SPO (Standard Part Overhaul)
      Daftar part yang dibutuhkan untuk overhaul normal sesuai umur yang direkomendasikan factory, dengan kondisi tidak terjadi kerusakan abnormal pada komponen.
APL (Application Cart List) (Remove & Install)
Daftar part yang dibutuhkan untuk Remove dan Install komponen  sesuai umur yang direkomendasikan factory, dengan kondisi tidak terjadi kerusakan abnormal.
 3.   PSN (Part & Service News)
      Informasi dari factory berupa brosur atau leaflet yang berisikan modifikasi atau improvement pada komponen, system atau technical instruction (Prosedur Repair, Testing Adjusting) dengan tujuan untuk meningkatkan performance atau memperbaiki kelemahan dan kekurangan. Setiap PSN hanya berlaku untuk Serial Number tertentu yang sesuai.
4.   Kode kode pada part book (symbol)
      Kode dari factory berupa angka dan huruf, sedangkan symbol berupa gambar yang ditunjukkan pada part book, dengan tujuan untuk mempermudah proses pemilihan part yang akan diorder, sehingga dapat mencegah kesalahan order atau double order (karena komponen ass"y dan separated diorder secara bersamaan). Dan juga mempermudah pencarian komponen yang berkaitan atau saling berhubungan.
5.   Guidance for reusable part


      Suatu buku yang berisikan gambar tentang detail kerusakan part atau komponen serta penyebabnya. Dalam penggunaannya, mekanik hanya tinggal membandingkan kondisi aktual tingkat kerusakan komponen  (visual check) dengan gambar pada reusable book, sehingga dapat menentukan apakah komponen harus diganti, atau dapat digunakan lagi (dengan atau tanpa repair machining terlebih dahulu)

2 komentar: